Baru-baru ini pasangan calon Basuki
Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat merilis video kampanye yang
menggambarkan keberagaman di Indonesia. Namun, video singkat itu justru menuai
kecaman dari masyarakat.
Sebagian menilai jika iklan tersebut seolah melecehkan umat Islam. Pasalnya di awal video ditampilkan sekelompok pria yang bertindak anarkis, lalu dilanjutkan dengan aksi unjuk rasa massa yang mengenakan baju putih dan peci serta membawa tulisan "Ganyang Cina".
Beragam kecaman atas iklan tersebut disuarakan oleh masyarakat melalui media sosial. Bahkan, tagar #IklanAhokJahat dan "Ganyang Cina sampai menjadi trending topik di Twitter.
Sebagian menilai jika iklan tersebut seolah melecehkan umat Islam. Pasalnya di awal video ditampilkan sekelompok pria yang bertindak anarkis, lalu dilanjutkan dengan aksi unjuk rasa massa yang mengenakan baju putih dan peci serta membawa tulisan "Ganyang Cina".
Beragam kecaman atas iklan tersebut disuarakan oleh masyarakat melalui media sosial. Bahkan, tagar #IklanAhokJahat dan "Ganyang Cina sampai menjadi trending topik di Twitter.
"Berkoar-koar tentang
toleransi, tapi menyebar video yang sangat intoleran #IklanAhokJahat,"
tulis netter. "Muslim sangat toleransi, adanya video tsb jgn
terprovokasi saudaraku semua. Kebenaran akan terungkap #tangkappenistaagama
#IklanAhokJahat," imbuh lainnya.
Sementara itu, pihak Ahok sendiri telah memberikan penjelasan mengenai iklan tersebut. Djarot mengatakan jika video itu didasarkan pada insiden tahun 1998.
"Saya udah nonton dan itu memang terjadi kok, ya kita inget tahun 97-98 itu saya pikir sih tujuannya untuk menyampaikan jangan sampai terulang lagi kejadian kaya begitu ya," ujar Djarot. "Supaya kita sadar betul bahwa Jakarta dan Indonesia itu adalah bhineka, plural dan itu suatu fakta kenyataan maka mari kita rawat kebhinekaan itu."
Sementara itu, pihak Ahok sendiri telah memberikan penjelasan mengenai iklan tersebut. Djarot mengatakan jika video itu didasarkan pada insiden tahun 1998.
"Saya udah nonton dan itu memang terjadi kok, ya kita inget tahun 97-98 itu saya pikir sih tujuannya untuk menyampaikan jangan sampai terulang lagi kejadian kaya begitu ya," ujar Djarot. "Supaya kita sadar betul bahwa Jakarta dan Indonesia itu adalah bhineka, plural dan itu suatu fakta kenyataan maka mari kita rawat kebhinekaan itu."
No comments:
Write comments