Perkembangan teknologi semakin menjadi-jadi akhir-akhir ini. Meskipun
perkembangan tersebut bisa membawa kemajuan, tapi tak sedikit pula yang
malah mengancam kehidupan manusia. Salah satunya adalah Artificial Intelligence atau kecerdasan buatan.
Baru-baru ini, Elon Musk, CEO SpaceX, memperingatkan bahwa Artificial Intelligence atau kecerdasan buatan ini bisa sangat membahayakan. Ia mengatakan bahwa AI bisa menjadi "diktator abadi".
Menyusul peringatan tersebut, para ahli AI juga menjadi skeptis terhadap
penggunaannya. Pemikiran tersebut muncul usai sekelompok ahli memilih
untuk memboikot sebuah Universitas di Korea Selatan. Diketahui,
universitas tersebut juga menjalin kemitraan dengan produsen senjata.
Korea Advanced Institue of Science and Technology (KAIST), menerima
surat pernyataan yang telah ditandatangani oleh lebih dari 50 ahli AI.
Surat peringatan tersebut muncul setelah KAIST mengumumkan akan membuat
pusat penelitian gabungan bersama Hanhwa Systems.
Hanwa sendiri diketahui telah mengembangkan senjata berupa robot penjaga
yang berpatroli di perbatasan antara Korea Selatan dan Korea Utara.
Tidak hanya itu, menurut media The Verge, mereka juga telah membangun bom tandan yang ditentang oleh banyak negara besar.
Kerjasama yang terjalin antara keduanya dikhwatirkan akan menciptakan
sebuah robot militer tanpa pengendali. Ditakutkan, robot tersebut bisa
melakukan serangan balik pada manusia saat sistem mereka merasa
terancam.
Meski sudah membantah pembuatan robot pembunuh tersebut, pembicaraan
mengenai kerjasama ini masih akan dibawa ke PBB. Sejumlah 123 negara
anggotanya akan membahas mengenai bahaya yang ditimbulkan oleh robot
pembunuh dan senjata otonom mengerikan ini.
Jika sungguh dikembangkan, bukan tidak mungkin senjata otonom ini akan
membuat perang berlangsung lebih cepat, sekaligus dengan skala yang
lebih besar. Jika kotak pandora ini sudah dibuka, akan sulit untuk
ditutup kembali. Mengerikan, ya?
sumber ;wowkeren
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Write comments